Jumat, 31 Desember 2010

Tak Pernah Ada Kata Terlambat Untuk Bahagia


Tahun baru, harapan baru. Begitulah harapan setiap orang menjelang pergantian warsa. Di sebuah kota yang selalu bergelora oleh cinta, malam pergantian tahun juga ditunggu-tunggu seluruh warganya.
Di antara mereka ada seorang yang anak begitu bersemangat menunggu malam pergantian tahun. Ia tahu hari ini adalah hari yang terakhir dalam tahun itu. Terompet sudah dibeli dan kembang api disiapkan.
Anak itu ingin tepat pukul 24.00 nanti dia bisa menyaksikan kilauan kembang api di langit menandai perpindahan tahun. Ia ingin meniup terompet, membakar kembang api. Pokoknya ia tak sabar merasakan suasana pergantian tahun. Ia menunggu dengan sabar menit demi menit berlalu.
Malam makin larut. Waktu merangkak perlahan. Tanpa sadar remaja itu terlelap tidur. Ketika bangun, jam di dinding ternyata menunjukkan sudah pukul 04.00.
Sontak ia kaget lalu mengumpat. Anak jengkel. Jengkel setengah mati. Bagaimana mungkin ia bisa tertidur dan melewatkan detik-detik pergantian tahun?

Ia juga jengkel karena melihat ibunya yang malah tidur nyenyak di sebelahnya. Dengan marah-marah, anak itu membangunkan ibunya dengan guncangan yang keras.
"Ibu, ibu... bangun! Ibu kok malah tidur sih dan bangunin aku?" kata anak itu dengan suara serak hampir menangis.
Masih terkantuk-kantuk, ibunya membuka mata. Sambil tersenyum, sang ibu berkata, "Ada apa, Nak? Telat bangun ya? Tadi ibu lihat kamu sudah tidur dengan nyenyak. Ibu sengaja nggak mau bangunkan kamu supaya kamu bisa beristirahat."
"Ah, ibu! Gara-gara ibu, aku jadi nggak merayakan Tahun Baru," anak itu merengek dan cemberut.
Akhirnya, si Ibu terbangun. Lalu, mengajaknya menyalakan kembang api.
"Nggak mau! Udah basi!" kata anak itu dengan marah.
Sambil menghela napas, si Ibu itu berkata pelan pada anaknya, "Nak nggak ada terlambat untuk tahun baru. Anggap saja kamu justru baru memulai Tahun Baru ini! Ayo kita nyalakan kembang api ini di halaman!"
Ibu lalu menggandeng tangan anaknya keluar halaman. Meski masih kecewa, anak itu mau menuruti ajakan ibunya.
Kembang api dinyalakan. Satu. Dua. Tiga. Makin banyak kembang api yang menyala, makin terhibur hati si anak.
Lama-lama anak itu pun mulai menikmati dan bersemangat menyalakan kembang api derdua dengan ibunya. Mereka bergembira bersama.
Akhirnya si Ibu dan anaknya jadi juga berpesta kembang api di Tahun Baru sampai fajar.
Sebelum masuk kembali ke rumah, Ibu itu memberi wejangan pada anaknya. "Nah, sekarang kamu sudah merayakan Tahun Baru. Jangan lupa, kamu baru saja mendapatkan tiga pelajaran yang penting sebagai bekal hidupmu kelak.
Satu, jangan pernah lagi menyalahkan orang lain untuk kelalaianmu!
Dua, tidak ada kesempatan yang sama muncul dua kali, tetapi akan selalu ada kesempatan lagi berikutnya!
Tiga, tidak pernah ada kata terlambat untuk menjadi bahagia!"
SELAMAT TAHUN BARU 2011
» Kisah di atas ditulis oleh Anthony Dio Martin, dan disebarkan dari milis ke milis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar